Ada satu dua pesantren yang kadang-kadang punya aturan 'agak aneh' menurut kaca mata khalayak.
Ada satu pesantren yang punya aturan resmi melarang membangunkan santri-santrnya saat mereka tidur.
Kisahnya, dulu ada murid yang tidur, di tengah tidurnya, ia bermimpi bertemu dengan Rasulullah, mimpi belum usai, tiba-tiba ada yang mbangunin. Ia marah, betul-betul marah.
Dengan begitu, lalu terbit aturan kiainya "Dilarang membangunkan orang yang sedang tidur."
Begitu pula aturan dilarang makan ikan dengan satu alasan hadis yang memang secara eksplisit menyebut, orang yang mencari ilmu akan dimintakan ampun oleh semua makhluk hingga ikan yang ada di lautan. Kemudian terbit aturan, santri dilarang makan ikan. Masak, yang memintakan ampun ke kita, malah kita eksekusi. Begitu kira-kira.
Tapi humornya di sini bukan berkait itu. Ini lain.
Suatu hari, Gus Zaki Hadzik muda, Salah satu pengasuh di Pesantren Tebuireng, didatangi penjual ikan Lohan. “Ini ikan lohan istimewa, Gus,” kata Gus Zaki menirukan penjual ikan Lohan.
“Apa istemewanya, Pak?” tanya Gus Zaki antusias. Waktu itu, Lohan sedang tren, harganya mahal.
“Sisik hitamnya membentuk huruf Y, A, I. dibaca “yai”,” jelas penjual ikan. “Yai” itu “kiai”. Gus Zaki yang waktu itu masih SMA dan bercita-cita menjadi kiai, tertarik dengan penjelasan penjual Lohan.
Ketertarikan Gus Zaki bukan tanpa alasan, selain sisik ikan Lohan itu unik, tapi juga kalangan santri meyakini bahwa ikan adalah binatang yang mendoakan manusia yang sedang menuntut ilmu. Tidak sedikit pesantren yang melarang para santrinya makan ikan, karena alasan itu.
Akhirnya Gus Zaki membelinya, dengan harga tidak murah. Hari-hari setelah itu, dia sibuk dengan Lohan: mengganti air, lampu akuarium, memberi makan ikan, dan tentu saja, mengamati sisik ikan bertuliskan “yai”.
Gus Zaki senang dengan pertumbuhan Lohan, makin lama makin gemuk si ikan. Tapi pada bulan kelima, Gus Zaki terkejut bukan main. Sisik hitam ikan Lohan ada yang berubah.
Huruf A dan I tetap, dan makin jelas. Huruf Y juga makin jelas, tapi bentuk berubah, dari Y menjadi T,. Tiga huruf yang di tubuh Lohan berubah, dari semula terbaca “Yai”, menjadi “Tai”.
“Astagfirullah,” kata Gus Zaki sambil geleng-geleng kepala. Tak lama kemudian, empunya ikan memanggil santri, “Kang, goreng saja ini Lohan.”
Ahmad Mundzir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar